Gunung Guntur Garut Jawa Barat adalah gunung paling tinggi ke tiga sesudah Cikuray serta Papandayan. Dengan cara geografis gunung Guntur terdapat di Kecamatan Tarogong Kaler serta Kecamatan Leles Kabupaten Garut. Ketinggian gunung Guntur cuma 2249 mdpl, namun tak dapat dikira mudah karena ada yang menyampaikan gunung Guntur yaitu Semerunya Garut.
Seperti layaknya Hutan Mati Gunung Papandayan Garut, Gunung Guntur ini memiliki daya tarik wisata yang cukup menarik untuk dikunjungi. Medan jalannya pasir serta batu, gersang serta nyaris tak ada pohon-pohon yang tumbuh disana. Mungkin tersebut sebagai argumen gunung Guntur dikatakan sebagai Semerunya Kabupaten Garut. Tidak sering sekali pendaki yang berani muncak di siang bolong, kulit dapat terbakar serta perlu persediaan air yang semakin banyak. Sore serta malam hari jadi waktu yang pas untuk menjajal tanjakan gunung Guntur, berdiri tegak diatas puncak.
Saya tiba di mesjid agung Tarogong sangka jam 3 sore. Telah terlihat sebagian pendaki yang belum saya kenal menggunakan carrier yang tingginya melebihi kepala mereka, terlihat gagah serta berwibawa. Mendekati Magrib rombongan pendaki dari Tasikmalaya tiba. Sama-sama bercengkrama serta tegur sapa, hangat serta bersahabat pelajaran pertama yang saya bisa. Selepas sholat Isya, seluruhnya berkemas untuk mengawali perjalanan menuju gunung Guntur. Mengingat perjalanan masih tetap jauh serta saat telah malam, kami memakai layanan transfortasi hingga ke tempat penambangan pasir di kaki gunung Guntur.
Saya tiba di mesjid agung Tarogong sangka jam 3 sore. Telah terlihat sebagian pendaki yang belum saya kenal menggunakan carrier yang tingginya melebihi kepala mereka, terlihat gagah serta berwibawa. Mendekati Magrib rombongan pendaki dari Tasikmalaya tiba. Sama-sama bercengkrama serta tegur sapa, hangat serta bersahabat pelajaran pertama yang saya bisa. Selepas sholat Isya, seluruhnya berkemas untuk mengawali perjalanan menuju gunung Guntur. Mengingat perjalanan masih tetap jauh serta saat telah malam, kami memakai layanan transfortasi hingga ke tempat penambangan pasir di kaki gunung Guntur.
Perjalanan kaki dari tempat penambangan menuju curug Citiis perlu saat yang lumayan lama. Di dalam perjalanan rombongan pendaki berhenti, mereka buka ransel serta keluarkan makanannya semasing. Yg tidak bawa bekal dipaksa turut makan, juga saya yang saat tak membawa bekal makanan siap saji dipaksa mesti makan. Rasa malu pasti ada, saat itu saya belum tahu ciri-ciri pendaki memanglah sukai sharing dengan sesama. Tidak perduli dia siapa atau orang mana, tidak perduli kenal atau tak. Berikan tanpa ada mengharap balas budi, pelajaran ke dua saya tulis di lereng gunung Guntur.
Gunung Guntur Garut
Hingga di curug Citiis nyaris jam 12 malam. Sesudah istirahat cukup, rasa capek telah mulai hilang perjalananpun dilanjutkan. Kami jalan beriringan seperti pasukan semut yang sedia antri tak sama-sama mendahului. Yang tahu jalan ada di depan juga sebagai panduan jalan, yang baru turut di belakang. Teriakan dari depan memecah keheningan malam, hati-hati kanan jurang! Hati-hati kiri tebing! Pesan di sampaikan berantai hingga ke barisan paling belakang. Antri, sama-sama melindungi serta mengingatkan saya tulis juga sebagai pelajaran ke tiga dalam pendakian pertama ke gunung Guntur.
Saya turut pada rombongan yang beristirahat, kaki terasa telah tak kuat dipaksakan untuk jalan. Lima orang telah mulai menuju puncak gunung Guntur. Semangat serta tenaga saya tumbuh, saya 1/2 lari menyusul lima orang yang telah di depan. Namun mereka telah terlanjut pergi, saya sendiri ada cukup jauh diantara rombongan pertama yang telah di depan serta rombongan yang mengambil keputusan untuk beristirahat di dalam perjalanan. Ingin turun lagi jauh, ingin nyusul juga sama jauhnya, tinggal sendiri juga tidak ingin. Istirahat sebentar, lantas saya teruskan perjalanan seseorang diri menyusul mereka yang telah di depan. Lantaran tidak ingin sendiri di jalan, pada akhirnya perjuangan saya menguber mereka sukses. Raga-ragu serta memaksakan diri sudah menyebabkan saya terjerat dalam situasi yg tidak untungkan, situasi yang menyiksa diri sendiri. Berpendirian teguh serta mengerti batas kekuatan diri sendiri yaitu pelajaran ke lima pendakian pertama saya ke gunung Guntur.
Dalam keadaan terjepit serta serba salah, bimbang memutuskan pada akhirnya dapat ditepis dengan kemampuan kemauan serta kepercayaan, harapan serta usaha keras serta tak gampang menyerah. Perasaan takut serta cemas tak membantu, demikian sebaliknya cemas serta rasa takut yang terlalu berlebih bakal lebih jadi memperburuk situasi. Pendakian ke gunung Guntur sudah banyak memberi pelajaran yang bernilai dalam kehidupan saya.
Seputar jam 1/2 empat awal hari, saya serta lima pendaki yang lain sukses hingga di puncak pertama gunung Guntur. Kami nyalakan kompor untuk menyeduh mie instan serta secangkir kopi untuk diminum berbarengan. Tak tahan dengan hawa yang dingin serta angin berhembus kencang, saya mengeluarkan sleeping bag lantas berbaring. Tertidur lelap di puncak gunung Guntur. Selang beberapa saat, saya telah dibangunkan. Mereka mengajak saya melihat terbitnya fajar di upuk timur. Sungguh indah luar umum, keindahan alam sinyal kekuasaan Tuhan. Dari puncak gunung Guntur saya dapat lihat Situ Bagendit Banyuresmi dengan terang.
Matahari mulai bercahaya, badan yang menggigil kedinginan mulai merasa hangat, ditambah sajian kopi panas serta roti bakar jadi lebih nikmat. Sebagian waktu lalu, datang rombongan yang semalam beristirahat di perjalanan. Sembari menanti seluruhnya berkumpul, makananpun disediakan. Makan pagi berbarengan dengan menu simpel disinari mentari pagi serta angin yang bertiup spoi-spoi di puncak gunung Guntur.
Sarapan pagi usai, kami berpencar di seputar puncak. Ada yang melihat-lihat sisa kawah gunung Guntur, ada juga yang naik ke puncak selanjutnya. Saya penasaran untuk naik ke puncak selanjutnya, saya lihat banyak titik-titik asap mengepul di puncak gunung Guntur. Ada suatu tugu kecil di puncak sana, namun saya lupa dengan tulisannya. Gunung Cikuray tampak dengan terang, membuat seperti segitiga yang mengerucut. Di puncak gunung Guntur saya bertafakur, merenungi hikmah perjalanan semalam jemu, mensyukui nikmat Tuhan yg tidak terhingga.
Hari telah siang, hawa mulai panas. Kami kembali berkumpul ditempat tadi pagi kita sarapan. Kami turun dari puncak gunung Guntur memakai jalur yang bereda dengan jalur yang kami tempuh tadi malam. Jalur yang kami lewati waktu turun cukup teduh lantaran jalur ini adalah lokasi rimba, tetapi lumayan licin. Kami kembali hingga di curug Citiis jam 12 siang, kami istirahat cukup lama ditempat ini. Saya luangkan untuk mandi serta berendam di curug ini, airnya yang dingin serta bening beri kesegaran kembali badan capek saya. Usai mandi di curug Citiis, saya seduh kopi hitam. Sungguh merasa mantap.
Rombongan dari Tasikmalaya pamit pulang duluan, perjalanan mereka masih tetap jauh, kami berpisah di curug Citiis. Saya serta rekan-rekan pendaki dari Garut belum beranjak dari curug Citiis. Kurang lebih jam 5 sore kami baru turun. Sembari jalan kami berdiskusi, rekan saya mengusulkan untuk bermalam semalam lagi di tempat penambangan pasir lereng gunung Guntur. Kami seluruhnya sepakat untuk menginap disana. Sedikit narasi ditempat ini, kami seluruhnya kelelahan bercakap sebentar lantas istirahat hingga pagi. Deru mesin truk pengangkut pasir bangunkan tidur kami, mereka datang silih bertukar. Namun menurut berita, saat ini kegiatan mereka telah dilarang lantaran dikira mengakibatkan kerusakan lingkungan. Belakangan ini juga banyak di beritakan oleh media lokal ataupun nasional yang menyampaikan kabar ada temuan pembuangan limbah ilegal di lokasi kaki gunung Guntur.
